Rumah247.ccom – Ekonomi pasca pandemi di Indonesia cukup baik dan stabil terlebih untuk bisnis properti. Situasi ini harus dimanfaatkan untuk segera mengambil KPR karena ke depan ada kecenderungan tren peningkatan suku bunga dan inflasi sehingga harga akan kembali naik.
Pembiayaan perumahan atau KPR yang disalurkan perbankan masih mencatatkan pertumbuhan yang besar mencapai double digit. Hal ini menandakan positifnya bisnis properti yang ditopang dengan kebutuhan yang besar khususnya untuk produk residensial, komersial, dan lainnya.
Menurut Kepala Ekonom Bank BCA David Sumual, pertumbuhan kredit properti terus terjadi di hampir semua segmen dengan penyaluran kredit apartemen (KPA) tertinggi mencapai 11 persen diikuti KPR sebesar 8 persen dan produk komersial ruang usaha atau ruko yang mencapai 3 persen.
“Dengan pertumbuhan seperti ini tentunya menjadi sinyalemen yang sangat baik untuk para pelaku di industri properti. Segmen ruko mengalami pertumbuhan yang signifikan karena selama beberapa tahun terakhir pertumbuhannya selalu negatif. Penjualan rumah juga tumbuh double digit khususnya untuk tipe kecil dan tipe besar,” ujarnya.
Situasi ini juga ditunjang dengan tingkat inflasi yang terjaga dengan nilai tukar mata uang stabil. Hal ini juga akhirnya berdampak pada terus menguatnya sektor komoditas dan menjadi angin segar bagi perjalanan bisnis properti yang terus menunjukan situasi bisnis yang semakin sehat.
Tingkat kenaikan yang tercatat juga menunjukan angak yang relatif moderat pada bisnis properti di Indonesia. Ke depan, situasi ini akan terus mendorong keberlanjutan bisnis dengan porsi sektor properti dalam perekonomian Indonesia yang berada pada kisaran 12-14 persen dan ini merupakan hal yang sangat baik.
Bila sektor properti kita tumbuh drastis justru akan memberikan dampak pada perekonomian dalam situasi yang rentan. Selain regulasi maupun stimulus yang diberikan pemerintah, regulator seperti Bank Indonesia juga memiliki peran penting untuk mencegah terjadinya booming properti untuk jangka waktu pendek di Indonesia.
David menyebut contoh bisnis properti di Jepang yang bisa tumbuh puluhan persen dan porsi sektor propertinya mencapai 25-30 persen untuk perekonomiannya. Hal ini berdampak pada kenaikan harga produk properti yang sangat drastis dalam jangka pendek sehingga membuat kemunduran dan memengaruhi ekonomi Jepang yang hingga saat ini belum pulih.
“Tentu masyarakat harus berhati-hati dengan adanya potensi pengetatan moneter ke depan dan pastinya akan memengaruhi suku bunga termasuk KPR. Momentum pemulihan saat ini bisa dijadikan peluang bagi masyarakat untuk segera mengakses KPR karena ke depan kecenderungannya inflasi akan meningkat yang memicu harga properi kian tinggi,” jelasnya.
Inilah perbedaan KPR Syariah dengan Properti Syariah yang perlu diketahui!
Temukan lebih banyak pilihan rumah terlengkap di Daftar Properti dan Panduan Referensi seputar properti dari Rumah247.ccom
Hanya Rumah247.ccom yang percaya Anda semua bisa punya rumah