Karawang, daerah yang merupakan lumbung padi Jawa Barat ini digadang-gadang akan menjadi kota industri yang besar, bahkan terbesar di Asia Tenggara. Berikut profil lengkapnya.
Luas areal pertaniannya hampir separuh dari luas wilayahnya. Yaitu 94.311 hektare sawah dari 175.327 luas keseluruhan wilayahnya. Rata-rata produksi per hektare-nya bisa mencapai 9 ton. Itulah sebabnya mengapa kawasan ini mendapat julukan lumbung padi Jawa Barat, bahkan nasional.
Selain hamparan sawah yang luas, terdapat pula kawasan-kawasan industri. Lokasinya yang relatif dekat dengan kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Bogor, dan Bekasi, membuat kawasan ini sangat menarik di mata investor.
Ada beberapa kawasan industri besar di kabupaten ini, seperti Karawang International Industry City (KIIC), kawasan Surya Cipta, dan kawasan Bukit Indah City (BIC). Terbentuknya berbagai kawasan industri tersebut mendorong pertumbuhan sektor properti, baik hunian maupun pusat perniagaan.
Apalagi investasi manufaktur berbasis teknologi tinggi dan kendaraan listrik di kawasan ini juga meningkat. Hingga belakangan banyak tenaga kerja asing yang membutuhkan hunian nyaman. Tak heran jika gengsi properti di kawasan ini semakin tinggi. Simak sisi lain yang menarik dari kawasan yang pembangunan infrastrukturnya tengah gencar-gencarmya ini.
Lokasi Karawang Strategis

Diapit oleh kota-kota besar dengan pertumbuhan ekonomi yang pesat, Karawang pun ikut berkembang. (Foto: Antara/Aprillio Akbar)
Letaknya yang berada di persimpangan DKI Jakarta juga diapit oleh kota-kota seperti Jabodetabek, Bandung Raya, dan Cirebon Raya. Keberadaannya di antara kota-kota yang terus bertumbuh inilah yang membuat kawasan yang terdiri dari 30 kecamatan, 12 kelurahan, dan 297 desa ini menjadi unik. Salah satunya dari segi bahasa.
Walaupun mayoritas penduduknya menggunakan bahasa Sunda, namun ada beberapa penduduk yang dialeknya terpengaruh oleh kota di dekatnya. Alhasil bahasa di satu kecamatan, bisa berbeda dengan kecamatan lain.
Misalnya di Kecamatan Pakisjaya dan Batujaya, sebagian penduduknya menggunakan bahasa Betawi. Sedangkan di Kecamatan Pedes, Tempuran, Cilamaya Wetan, dan Cilamaya Kulon sebagian penduduknya menggunakan bahasa Cirebon. Sedangkan di kecamatan lain penduduknya menggunakan bahasa Sunda.
Selain berpengaruh pada bahasa, letak kawasanya yang berbatasan dengan Kabupaten Bekasi di sebelah Barat, Kabupaten Bogor di Barat Daya, Kabupaten Subang di Timur, dan Kabupaten Purwakarta di Tenggara dan Selatan, juga membuatnya memiliki pengaruh ekonomi yang tak bisa diabaikan.
Proyek-proyek infrastruktur strategis pun banyak yang melewati kawasan ini, seperti Jalan Tol Jakarta – Cikampek, Tol Jakarta – Cikampek – Elevated (MBZ), Tol Jakarta – Cikampek II, dan Tol Lingkar Luar II Sentul – Karawang Barat. Konektivitas infrastruktur inilah yang membuat perusahaan-perusahaan besar melirik kawasan ini.
Berkat letaknya yang strategis, banyak orang yang memandang Karawang sebagai kawasan alternatif hunian di luar Jakarta. Bukan hanya tempat menetap para pekerja di sana, tapi orang-orang yang ingin memiliki hunian dengan harga relatif terjangkau namun memiliki akses transportasi yang mudah ke berbagai kota besar di sekitarnya.
Lagi cari rumah untuk dihuni atau untuk investasi? Simak 100 Rumah Dijual Terpopuler di Indonesia
Sejarah Karawang

Titik nol atau alun-alun Karawang yang dibuat Belanda tahun 1947. (Foto: detik.com)
Nama Karawang disebut-sebut berasal dari bahasa Sunda, yaitu ke-rawa-an yang artinya tempat berawa-rawa. Memang pada abad 15 Masehi, daerah ini sebagian besar masih berupa hutan belantara dan berawa-rawa.
Namun meski masih berupa rawa-rawa, saat itu keberadaan wilayah ini cukup penting karena merupakan jalur lalu lintas yang menghubungkan Kerajaan Pakuan Pajajaran yang berpusat di Bogor dengan Galuh Pakuan yang berpusat di Ciamis. Karawang sendiri merupakan wilayah kekuasaan kerajaan Pajajaran.
Pada masa itu wilayah ini meliputi Bekasi, Subang, Purwakarta, dan Karawang saat ini. Setelah kerajaan Pajajaran runtuh pada tahun 1579 M, lahirlah Kerajaan Sumedanglarang pada tahun 1580 M. Kerajaan Sumedanglarang ini membawahi Sumedang, Galuh, Limbangan, Sukakerta, dan Karawang.
Ketika di Jawa Tengah berdiri Kerajaan Mataram dibawah pimpinan Sultan Agung, raja Kerajaan Sumedanglarang pada masa itu, yaitu Ranggagempol Kusumahdinata menyerahkan kerajaan Sumedanglarang di bawah naungan Kerajaan Mataram. Dan Ranggagempol diangkat menjadi Bupati Wadana untuk tanah Sunda.
Dengan diserahkannya Sumedanglarang, wilayahnya pun berada di bawah kekuasaan Kerajaan Mataram. Lalu Sultan Agung menetapkan kawasan ini sebagai pusat logistik yang memiliki pemerintahan sendiri di bawah pengawasan Mataram, penduduknya digerakkan untuk membangun persawahan.
Itulah asal muasal kawasan ini menjadi lumbung padi, menjadi tumpuan logistik demi mendukung rencana penyerangan Sultan Agung terhadap VOC atau Belanda di Batavia. Sultan Agung pun melantik Singaperbangsa sebagai Bupati Karawang pertama pada 14 September 1433 atau 10 Maulud 1043.
Tanggal tersebut, yaitu 10 Maulud diperingati sebagai Hari Jadi Kabupaten Karawang secara tradisi. Setelah Indonesia merdeka kabupaten ini dipecah menjadi dua, yaitu Kabupaten Karawang Barat dan Karawang Timur yang kemudian pada tahun 1950 berubah nama menjadi Kabupaten Purwakarta.
Kabupaten Karawang Barat meliputi wilayah Karawang yang sekarang, ditambah desa-desa yang ada di sebelah Barat Citarum. Pada tahun 1968 desa-desa di sebelah Barat Citarum dilepas karena masuk ke dalam proyek Bendungan Jatiluhur. Wilayah yang tersisa itulah yang menjadi Kabupaten Karawang sekarang.
Perkembangan Fasilitas Dan Infrastruktur Karawang

Dilengkapi fasilitas dan infrastruktur yang lengkap, Karawang bergerak menuju kota metropolitan. (Foto: ekonomi.bisnis.com)
Peran Karawang sebagai pusat logistik era Sultan Agung, Mataram, terus berlanjut menjadi lumbung padi Jawa Barat, bahkan nasional. Kini kawasan ini juga bertransformasi menjadi kawasan industri yang besar. Terdapat sekitar 1.700 lebih pabrik di Karawang.
Kawasan industri tersebut mendongkrak perekonomian, bahkan kabupaten ini diprediksi bisa menjadi Kota Metropolitan berikutnya. Hal ini karena fasilitas dan infrastruktur di kawasan ini banyak dibangun dan semakin lengkap.
A. Rumah Sakit
Ada 22 rumah sakit di Kabupaten ini. Terdiri dari satu rumah sakit tipe B, yaitu Rumah Sakit Umum Daerah Karawang, 16 rumah sakit tipe C, dan 5 rumah sakit tipe D. Beberapa rumah sakit tersebut didukung peralatan medis modern dan tim dokter yang berpengalaman.
B. Pusat Perbelanjaan
Potensi bisnis di kawasan ini juga sangat besar, tak heran pusat perbelanjaan tumbuh cukup banyak. Ada sekitar 10 mal besar di sini. Ada yang buka 24, ada pula yang terletak di kawasan perumahan elit. Sedangkan untuk supermarket, ada 55 buah menurut Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Karawang.
C. Fasilitas Pendidikan
Seiring meningkatnya jumlah penduduk, fasilitas pendidikan di Kabupaten ini pun terus bertambah. Saat ini ada sekitar 950 buah Sekolah Dasar (SD), 207 Sekolah Menengah Pertama (SMP), 53 Sekolah Menengah Atas (SMA), dan 115 Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).
Untuk perguruan tinggi, terdapat 12 perguruan tinggi. Beberapa merupakan universitas unggulan, seperti Universitas Singaperbangsa, Universitas Bina Sarana Informatika, dan Politeknik Kelautan dan Perikanan Karawang.
D. Jalan Tol
Konektivitas kawasan ini sangat tinggi, karena dari dan menuju kawasan ini didukung jalan tol. Jalan tol yang bisa dilalui untuk menuju kawasan ini adalah, Tol Jakarta – Cikampek, Tol Jakarta – Cikampek Elevated (MBZ), Tol Jakarta – Cikampek II, dan yang saat ini tengah dibangun yaitu Tol Lingkar Luar II Sentul – Karawang Barat.
E. Transportasi
Sarana transportasinya juga cukup lengkap. Untuk bus, kawasan ini memiliki terminal bus Klari dan Cikampek, juga memiliki 8 stasiun kereta. Salah satunya stasiun pemberhentian untuk kereta cepat Jakarta – Bandung yang dilengkapi pembangunan properti untuk perkantoran dan pertokoan.
Selain itu kawasan ini juga memiliki Bandara Kertajati, dan nanti akan dibangun Bandara Soekarno-Hatta II. Untuk transportasi laut pun terdapat akses ke pelabuhan internasional di Tanjung Priok dan Patimban.
Tonton video yang informatif berikut ini untuk mengetahui keuntungannya membeli atau memiliki rumah tingkat jika ditinjau dari penataan ruang yang bisa membuat hunian lebih sehat !
Jadi mau cari rumah, ruko, apartemen, atau investasi properti? Pahami potensi wilayahnya mulai dari fasilitas, infrastruktur, hingga pergerakan tren harganya lewat AreaInsider.
Hanya Rumah247.com yang percaya Anda semua bisa punya rumah