Download Aplikasi Rumah247

Balai Kota Jogja: Sejarah Hingga Parkir Vertikal nan Megah

Balai Kota Jogja merupakan balai kota dengan catatan sejarah yang panjang. Pertumbuhan kota dan kebutuhan fasilitas penunjang membuat balai kota ini perlu dikembangkan, bahkan sampai pindah lokasi.

Seperti kota-kota bersejarah di Indonesia lainnya, Balai Kota Jogja tergolong bangunan yang memiliki keistimewaan tersendiri. Pasalnya, Balai Kota ini turut mengiringi perjalanan sejarah pemerintahan yang menghias Kota Jogjakarta.

Beberapa kali mengalami renovasi bahkan sempat berpindah lokasi, Balai Kota Jogja kini memiliki bangunan yang representatif dan bisa diakses dengan mudah oleh masyarakat. Selain sebagai tempat berkantornya Wali Kota Jogjakarta, beragam kegiatan pemerintahan kota diselenggarakan di sini.

Mau punya rumah di Jogja dan sekitarnya dengan harga terjangkau dan cocok untuk pasangan muda? Temukan pilihan rumahnya dengan harga di bawah Rp400 jutaan di sini!

Meski bukan menjadi destinasi wisata utama, Balai Kota Jogja dilengkapi dengan berbagai fasilitas memadai, mulai dari gedung khusus melayani masyarakat, masjid yang megah, hingga parkir vertikal.

Nah bagaimana perjalanan Balai Kota Jogja bisa menjadi seperti sekarang, ini? Yuk, kita simak ulasan tentang gedung yang satu ini yang dikutip dari berbagai sumber!

Lokasi Balai Kota Jogja

Lokasi Balai Kota Jogja

Salah satu bangunan yang berada di dalam kompleks Balai Kota Jogja adalah Kantor Wali Kota Yogyakarta. (Foto: jogjaasik.com)

Secara resmi, Balai Kota Jogja beralamat di Jalan Kenari No.56, Muja Muju, Umbulharjo, Kota YogyakartaD.I. Yogyakarta. Namun, ada juga yang menyebut Balai Kota Timoho, merujuk kepada sebuah kawasan yang bernama Timoho.

Sebenarnya kompleks Kantor Pemerintah Kota Yogyakarta ini diapit oleh empat jalan besar sebagai akses. Selain dari Jl. Kenari, di sebelah barat gedung Balai Kota terdapat Jl. Hibrida, di bagian timur dilalui Jl. Ipda Tut Harsono, dan dari selatan bisa melalui Jl. Kusumanegara.

Karena letaknya termasuk di kawasan pusat kota, maka di sekitar gedung Balai Kota banyak bangunan perkantoran dan akomodasi bagi para wisatawan. Maklum saja, Yogyakarta memang tidak pernah sepi dari wisatawan, baik lokal maupun internasional.

Sejumlah hotel dan tempat penginapan berada di sekeliling gedung Balai Kota. Hal ini tentu memudahkan bagi para wisatawan yang hendak stay di Yogkarata selama beberapa waktu lamanya. Ditambah lagi dengan tersebarnya restoran dan pusat oleh-oleh, aktivitas kulineran pun cukup ramai menghias kawasan sekitar Balai Kota Jogja.

Tonton video berikut untuk mengetahui model rumah sederhana tapi indah!

 

Sejarah Balai Kota Jogja

Sejarah Balai Kota Jogja

Balai Kota Jogja yang lama terletak di Jl. KH. Ahmad Dahlan. Bekas balai kota ini sekarang bernama gedung Punokawan. (Foto: ceritajogja.com)

Sejarah Balai Kota Jogja atau juga biasa disebut Balai Kota Timoho sebagai pusat pemerintahan Kota Yogyakarta cukup menarik ditelusuri. Ya, balai kota yang sekarang ini masih terkait dengan asal muasal gedung perkantoran Pemerintah Kota Yogyakarta sebelumnya.

Sebelum menempati gedung yang terletak di Jl. Kenari No. 56, Balai Kota Timoho awalnya berada di Sasono Hinggil Dwi Abad Alun-Alun Kidul Kraton Yogyakarta. Seiring perkembangan yang terjadi, pada sekitar tahun 1952, Balai Kota kemudian menempati Ndalem Ngabean di Jalan K.H. A. Dahlan.

Pada tahun yang sama, di masa pemerintahan Wali Kota Pradja Yogyakarta, Mr. Soedarisman Poerwokoesoemo, tercetus gagasan untuk membangun gedung pemerintahan yang terpadu.

Pertimbangannya adalah dengan kantor pusat pemerintahan yang berada dalam satu kesatuan bisa memudahkan tugas-tugas wali kota dalam menjalankan roda pemerintahan.

Selain memudahkan koordinasi dan kemudahan penyelesaian masalah yang datangnya cukup beragam, pembangunan Balai Kota yang baru untuk menggantikan balai kota lama yang sudah tidak representatif.

Ditambah lagi dengan dinamika kehidupan masyarakat yang makin maju, maka kehadiran gedung yang mumpuni menjadi sangat mendesak.

Pada tahun 1975, Wali Kota KDH Daerah Tingkat II Yogyakarta Soedjono AY, memprakarsai pembangunan gedung Balai Kota yang baru di Timoho, Kelurahan Muja Muju, Kecamatan Umbulharjo.

Wilayah Timoho dipilih dengan pertimbangan kelak menjadi pusat keramaian di bagian timur Kota Yogyakarta. Lokasi  tersebut menjadi cikal bakal kompleks Balai Kota Jogja yang ada hingga saat ini.

Pembangunan Balai Kota Jogja yang baru diikuti dengan pembangunan gedung DPR (kala itu bernama DPRGR). Setahun kemudian, tepatnya tanggal 23 November 1976, mulai dibangun gedung TP PKK Kodya Yogyakarta.

Pada tahun yang sama, dilaksanakan juga beberapa proyek pembangunan, seperti bangunan utama rumah dinas wali kota dan  masjid Pangeran Diponegoro yang menempati sisi utara Balai Kota.

Awalnya, semua gedung perkantoran di kompleks Balai Kota hanya memiliki satu lantai. Sekitar tahun 1990, gedung-gedung perkantoran yang terdiri dari 2 atau tiga lantai mulai digarap.

Temukan juga beragam tips, panduan, dan informasi mengenai pembelian rumah, kpr, pajak, hingga legalitas properti di Panduan Rumah247.com.

Bangunan Dan Layanan Balai Kota Jogja

Bangunan dan Layanan Balai Kota Jogja

Gedung Mall Pelayanan Publik yang terdapat di Kompleks Balai Kota Jogja bisa diakses langsung oleh masyarakat. (Foto: warta.jogjakota.go.id)

Kompleks Balai Kota Jogja menempati areal seluas 45.060 meter persegi. Arah bangunan berorientasi ke arah utara (Jalan Kenari) yang ditandai dengan posisi gerbang masuk utama, lapangan terbuka, serta adanya pendopo.

Dilihat dari bentuk fisiknya, Balai Kota Jogja mencerminkan gaya desain rumah joglo, khas rumah adat Jawa. Seperti diketahui bersama, Jogja memang dikenal memiliki budaya adiluhung yang menyerap hingga ke setiap lini kehidupan. Tak heran jika nilai-nilai adat budaya turut terefleksikan dalam arsitektur bangunan Balai Kota Jogja.

Fasilitas di Balai Kota Jogja terbilang cukup memadai. Di dalam lingkungan balai kota terdapat Masjid Pangeran Diponegoro yang mulai dibangun pada 1976 dan resmi digunakan setahun kemudian.

Masjid yang cukup megah ini untuk memfasilitasi kegiatan peribadatan bagi para pegawai dan juga masyarakat umum yang terbiasa mengakses masjid tersebut.

Balai Kota Jogja mengalami beberapa kali renovasi, baik karena dampak gempa bumi 2006 maupun untuk mengoptimalkan pelayanan kepada masyarakat. Pascagempa, dilakukan renovasi dalam beberapa tahap untuk memperbarui bangunan yang rusak.

Renovasi berikutnya diwujudkan dalam bentuk pembangunan gedung kembar yang berlangsung pada tahun 2011. Setelah itu, menyusul pembangunan gedung-gedung lainnya sebagai upaya menghadirkan pelayanan yang prima kepada seluruh warga Kota Jogja.

Bagian pendopo juga tidak luput dari renovasi. Renovasi ini melibatkan pakar budaya, terutama untuk menentukan soal warna dan ornamen agar tetap mencerminkan kekayaan dan ciri khas budaya Jogja.

Pemerintah Kota Jogja memberikan akses layanan seluas-luasnya kepada seluruh warga Kota Jogja. Layanan publik bisa secara langsung melalui Mall Pelayanan Publik yang terdapat di kompleks balai kota.

Selain itu, masyarakat juga bisa menikmati layanan dengan mengakses aplikasi digital bernama Jogja Smart Service. Semua lengkap tersedia!

Parkir Vertikal Di Balai Kota Jogja

Parkir vertikal di Balai Kota Jogja untuk menyiasati keterbatasan lahan parkir. Tempat.  (Foto: detik.com)

Parkir vertikal di Balai Kota Jogja untuk menyiasati keterbatasan lahan parkir. Tempat.  (Foto: detik.com)

Zaman terus bergulir, kehidupan kian berkembang, dan kebutuhan akan layanan yang optimal mesti tercipta di Balai Kota Jogja. Tidak hanya mengenai administrasi kependudukan, urusan tempat parkir kendaraan pun turut menjadi perhatian sehingga perlu diperluas demi kenyamanan.

Tak hanya lahan parkir untuk mobil, di Balai Kota Yogyakarta juga dibangun tempat parkir motor yang cukup luas dan nyaman. Uniknya, tempat parkir baru untuk motor dibangun dalam bentuk vertikal demi menyeiasati keterbatasan lahan.

Dengan ukuran panjang 8,5 meter dan lebar 6,5 meter serta terdiri atas enam lantai (tiap lantai tingginya 1,5 m), parkir vertikal di Balai Kota Jogja ini menggunakan sistem hidrolik. Sementara kapasitas daya tampung diperkirakan mencapai 200 motor. Total biaya yang dibutuhkan untuk membangun parkir vertikal tersebut sebesar Rp2,5 miliar.

Keberadaan parkir vertikal di Balai Kota Yogyakarta diharapkan mampu memberikan solusi bagi lahan parkir yang kian sempit. Sebagai pilot project, tidak menutup kemungkinan bentuk parkir memanjang ke atas ini juga akan dibangun di beberapa titik lagi di Balai Kota Jogja. Selain itu, ide parkir vertikal ternyata juga bisa diterapkan di sentra-sentra bisnis dan wisata yang ada di Kota Yogyakarta.

Jadi mau cari rumah, ruko, apartemen, atau investasi properti? Pahami potensi wilayahnya mulai dari fasilitas, infrastruktur, hingga pergerakan tren harganya lewat AreaInsider.

Hanya Rumah247.com yang percaya Anda semua bisa punya rumah

Related Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Stay Connected

0FansLike
3,912FollowersFollow
0SubscribersSubscribe
- Advertisement -spot_img

Latest Articles