Jakarta Barat menjadi salah satu wilayah yang sektor propertinya terus mengalami penurunan sepanjang krisis pandemi COVID-19. Bahkan, apartemen di Jakarta Barat tercatat sebagai penyusutan paling parah dalam tiga tahun terakhir.
Indeks Harga Properti Rumah Tapak Dan Apartemen Di Jakarta Barat, Q1 2020 – Q1 2021
Rumah247.com Indonesia Property Market Index (RIPMI) dari sisi harga mencatat hanya rumah tapak di Jakarta Barat yang sempat mengalami kenaikan selama periode pandemi COVID-19. Itu pun peningkatan harganya sangat tipis.
Indeks harga properti gabungan di Jakarta Barat per kuartal pertama (Q1) 2021 menempati angka 106,1, turun sebesar 0,3 persen dibanding kuartal sebelumnya (quarter-on-quarter/QoQ). Persentase penurunan harga properti gabungan di Jakarta Barat jauh lebih besar jika ditilik secara tahunan (year-on-year/YoY), yakni berkurang 1,1 persen dibanding tahun sebelumnya pada kuartal yang sama.
Adapun indeks harga rumah tapak di Jakarta Barat pada Q1 2021 naik sebesar 0,1 persen secara kuartalan (QoQ). Peningkatan ini lebih baik ketimbang dua kuartal sebelumnya (Q3 dan Q4 2020), ketika indeks harga rumah tapak di Jakarta Barat stagnan di angka 106,1. Namun secara tahunan, pertumbuhan harga rumah tapak di Jakarta Barat cenderung melambat. Pada Q3 2020, harga rumah tapak naik sebesar 1,9 persen (YoY), kemudian naik 1,6 persen pada Q4 2020 (YoY), dan terakhir hanya naik 0,7 persen per Q1 2021 (YoY).
Sementara indeks harga apartemen di Jakarta Barat turun tajam sejak kuartal pertama 2020. Penurunan terparah terjadi pada kuartal pertama 2021, yakni ketika indeks harga apartemen di Jakarta Barat menyusut hingga 2,5 persen dibanding kuartal sebelumnya, atau secara tahunan penurunannya mencapai 7,6 persen.
Penurunan yang dialami indeks harga properti gabungan dan apartemen di Jakarta Barat secara tahunan merupakan yang terparah dalam tiga tahun terakhir.
Indeks Harga Properti Rumah Tapak Dan Apartemen Di Jakarta Barat, Q1 2017 – Q1 2021
Secara tahunan, indeks harga properti gabungan di Jakarta Barat tidak pernah mengalami penurunan kecuali pada Q1 2021. Kendati demikian, indeks harga properti gabungan di Jakarta Barat masih bisa terselamatkan oleh peningkatan harga rumah tapak selama pandemi COVID-19. Walau tipis, kenaikan harga rumah tapak dapat menahan indeks harga properti gabungan agar tidak terjun bebas.
Sementara itu, Rumah247.com Indonesia Property Market Index (RIPMI) mencatat, penurunan harga apartemen di Jakarta Barat terjadi sejak kuartal kedua 2020. Pertama-tama, harga apartemen turun sebesar 2 persen secara kuartalan. Kuartal selanjutnya, hanya turun 1,3 persen (QoQ). Namun per kuartal ketiga 2020, penurunan harga apartemen di Jakarta Barat justru kembali meningkat, yakni menjadi 1,8 persen (QoQ), dan terakhir turun 2,5 persen (QoQ).
Sedangkan secara tahunan, indeks harga apartemen di Jakarta Barat pada kuartal kedua 2020 turun sebesar 1,2 persen, kemudian turun 1,7 persen pada kuartal ketiga 2020, turun lagi 3 persen per kuartal keempat 2020, dan terakhir menyusut sebesar 7,6 persen.
Indeks Suplai Properti Rumah Tapak Dan Apartemen Di Jakarta Barat, Q1 2017 – Q1 2021
Rumah247.com Indonesia Property Market Index (RIPMI) dari sisi suplai mencatat properti di Jakarta Barat rata-rata tetap mengalami kenaikan pasokan meski relatif melambat pada Q1 2021. Indeks suplai properti gabungan di Jakarta Barat naik sebesar 12,6 persen secara kuartalan, lebih rendah daripada peningkatan suplai pada Q4 2020 yang mencapai 15,3 persen.
Perlambatan suplai didorong oleh melambatnya pertumbuhan indeks suplai apartemen di Jakarta Barat yang pada kuartal keempat 2020 naik sebesar 18 persen, namun pada kuartal pertama 2021 hanya naik sebesar 1,9 persen.
Sebaliknya, peningkatan indeks suplai rumah tapak di Jakarta Barat justru semakin tinggi pada Q1 2021, yakni terjadi kenaikan sebesar 14,10 persen.
Penurunan Indeks Harga Apartemen Di Jakarta Barat Terparah Ketiga
Penurunan indeks harga apartemen di Jakarta Barat secara tahunan (7,6 persen) pada kuartal pertama 2021 merupakan yang terparah ketiga di Jabodetabek, setelah Jakarta Pusat (12,4 persen) dan Kota Tangerang (8,6 persen).
Ketiga wilayah ini menjadi kawasan yang paling parah terdampak oleh perubahan tren konsumen properti akibat pandemi COVID-19. Kebanyakan pemburu properti kini mengincar rumah tapak yang berada cukup jauh dari pusat kota untuk menghindari kepadatan permukiman.
Kebiasaan baru untuk bekerja jarak jauh atau work from home (WFH) digadang-gadang menjadi pendorong tren tersebut. Masyarakat tidak lagi mencari hunian yang dekat dengan kantor, melainkan memburu properti dengan kualitas lingkungan dan fasilitas sesuai keinginan.
Tren itu membuat banyak apartemen di pusat-pusat kota yang strategis semakin ditinggalkan, sementara kompleks perumahan di kota/kabupaten pinggiran Jabodetabek menjadi incaran banyak orang.
Meskipun dinilai agak merugikan pemilik apartemen, perubahan pola perilaku ini justru menjadi kesempatan bagi sebagian orang untuk mendapatkan hunian murah yang strategis. Pasalnya, tidak diketahui apakah tren kontraurbanisasi ini akan terus berlanjut setelah pandemi COVID-19 selesai atau tidak.
Belum lagi beberapa tahun terakhir, milenial disebut-sebut akan kesulitan memiliki hunian sendiri karena harga properti yang sudah melambung tinggi. Penurunan besar dari harga apartemen di Jakarta Barat menjadi peluang bagi sejumlah kelompok untuk mendapatkan hunian yang layak di lokasi-lokasi strategis.
Apalagi Jakarta Barat akan ikut mendulang keuntungan ketika sejumlah jalan tol di wilayah Tangerang Raya selesai dibangun termasuk Cengkareng-Kunciran dan Serpong-Pamulang yang sudah dibuka sejak April 2021 silam.
Jadi mau cari rumah, ruko, apartemen, atau investasi properti? Pahami potensi wilayahnya mulai dari fasilitas, infrastruktur, hingga pergerakan tren harganya lewat AreaInsider.
Hanya Rumah247.com yang percaya Anda semua bisa punya rumah