Solo sedang bertumbuh menjadi salah satu pasar properti potensial di Jawa Tengah. Saat harga properti di Solo tercatat melemah pada Q4 2022, indeks harga apartemen justru menguat. Pasar apartemen di Solo tampak bersinar lebih cemerlang ketimbang rumah tapak saat ini.
Sebagai salah satu penyokong ekonomi Jawa Tengah, situasi pasar properti di Solo tentu punya kaitan erat dengan perkembangan properti di Jawa Tengah secara keseluruhan. Saat ini, indeks harga properti di Jawa Tengah sedang melemah secara kuartalan, walaupun masih mencatat peningkatan secara tahunan.
Pada kuartal keempat tahun 2022, indeks harga properti di Jawa Tengah hanya mampu bertahan di angka 104,4. Posisi ini lebih rendah atau melemah sebesar -0,6 persen dibanding kuartal sebelumnya yang menorehkan angka 105,1 (QoQ). Beruntungnya, indeks harga tetap terkerek naik sebesar 1,4 persen dibanding kuartal keempat tahun 2021 yang berada di posisi 103,0 (YoY).
Tren serupa juga muncul pada segmen rumah tapak. Memasuki Q4 2022, indeks harga apartemen meraih angka 106,5, turun tipis dibanding Q3 2022 yang berada di angka 107,2. Alhasil, indeks harga rumah tapak di Jawa Tengah turut terkoreksi sebesar -0,6 persen secara kuartalan. Walau demikian, indeks ini masih bertumbuh sebesar 1,7 persen secara tahunan.
Sementara itu, segmen apartemen mengalami peningkatan harga secara kuartalan. Indeks harga menempati posisi 101,0 pada Q4 2022 atau naik 1,3 persen dari posisi 99,8 pada kuartal sebelumnya. Namun, indeks ini tetap mencatat penyusutan sebesar -3,1 persen jika dibandingkan dengan Q4 2021 yang menduduki posisi 104,2.
Perkembangan properti di Solo juga tidak jauh berbeda dengan situasi di Jawa Tengah. Secara umum, terjadi pelemahan harga, khususnya pada segmen rumah tapak.
Indeks harga properti di Solo hanya mampu menorehkan angka 99,8 pada Q4 2022. Capaian ini menyebabkan indeks melemah -3,5 persen secara QoQ dan -3,1 persen secara YoY. Padahal selama empat kuartal ke belakang, indeks ini mampu bertahan di kisaran 102,3 hingga 103,8.
Dari segmen rumah tapak, terlihat juga tren penurunan harga. Pada kuartal keempat tahun 2022, indeks ini berada di posisi 100,0 atau melemah -3,2 persen dibanding kuartal sebelumnya yang menempati angka 103,3. Indeks harga rumah tapak pun menyusut -2,3 dibanding Q4 2021 yang sempat meraih angka 102,3.
Di sisi lain, tampak tren yang sedikit berbeda pada segmen apartemen. Indeks harga pada segmen ini meningkat 4,2 persen secara QoQ setelah meraih posisi 129,3 pada Q4 2022. Pada Q3 2022, indeks harga hanya mencetak angka 124,1. Sementara secara YoY, indeks ini tetap terkoreksi sebesar -1,0 persen dari posisi 130,7 pada Q4 2021.
Pelemahan indeks harga mungkin didorong oleh kembalinya pekerja ke kota-kota metropolitan usai meredanya pandemi Covid-19.
Sebagai kota yang tidak cukup besar di Pulau Jawa, Solo justru mendapatkan efek negatif akibat membaiknya situasi. Warga perantauan asal Solo yang sebelumnya dapat bekerja dari kampung halaman, kini harus kembali lagi ke kota rantau. Fenomena ini membuat jumlah peminat properti di Solo berkurang dan menurunkan standar harganya.
Hal ini tidak berlaku untuk segmen apartemen yang mungkin lebih banyak dihuni oleh para pendatang. Alhasil, harga apartemen di Solo justru menguat pada masa-masa seperti ini.
Beralih ke sisi suplai, tampaknya ada tren yang jauh lebih menjanjikan. Indeks suplai properti di Solo mulai melambat meski tetap bertumbuh secara perlahan.
Indeks suplai secara keseluruhan meningkat 0,9 persen, dari posisi 158,2 pada Q3 2022 ke posisi 159,6 pada Q4 2022. Sedangkan selama setahun terakhir, terjadi pertumbuhan suplai sebesar 16,4 persen dari posisi 137,1 pada Q4 2021.
Peningkatan suplai juga terjadi pada segmen rumah tapak. Indeks suplai naik tipis ke posisi 158,9 pada Q4 2022 atau menguat sebesar 0,8 persen dibanding kuartal sebelumnya yang berada di posisi 157,6. Indeks ini juga meningkat secara tahunan sebesar 17,2 persen dibanding Q4 2021 yang menempati angka 135,6.
Dari segmen apartemen, terlihat peningkatan yang lebih signifikan secara kuartalan, yakni sebesar 3,9 persen. Hal ini disebabkan indeks suplai pada Q4 2022 mampu mencapai angka 214,9, melampaui capaian indeks pada Q3 2022 di angka 206,8. Namun, indeks suplai apartemen malah menyusut secara tahunan sebesar -15,2 persen dibanding Q4 2021 yang menduduki posisi 253,4.
Fenomena ini menggambarkan antusiasme dan harapan yang masih cukup besar dari pihak pengembang, khususnya para developer apartemen di pusat kota Solo.
Dari segi permintaan, properti di Solo tampaknya memang sedang kehilangan peminat, terutama pada segmen rumah tapak.
Indeks demand properti di Solo melemah ke posisi 54,2 pada Q4 2022, atau terkoreksi sebesar -17,7 dibanding kuartal sebelumnya di angka 65,9. Secara tahunan, indeks ini juga menyusut -22,2 persen dibanding kuartal yang sama di tahun 2021.
Segmen rumah tapak juga mencetak penurunan permintaan sebesar -15,9 persen secara QoQ usai menduduki posisi 54,1 pada Q4 2022. Pelemahan demand apartemen turut terlihat secara YoY, yakni sebesar -22,8 persen.
Penurunan demand yang dialami segmen rumah tapak ternyata jauh lebih baik ketimbang segmen apartemen di Solo. Indeks permintaan apartemen menurun tajam hingga -51,6 persen ke posisi 55,4 pada Q4 2022. Tren tersebut disebabkan oleh tingginya capaian indeks pada kuartal sebelumnya, yakni di angka 114,8. Adapun selama setahun terakhir, indeks ini hanya melemah -11,8 persen dari posisi 63,0.
Kendati terlihat tidak menyenangkan, penurunan permintaan properti di Solo juga mungkin dipengaruhi oleh siklus properti tahunan. Pada kuartal keempat, konsumen biasanya lebih banyak menghabiskan uang untuk liburan ketimbang untuk pembelian properti. Oleh karena itu, indeks ini mungkin akan kembali bertumbuh pada kuartal awal tahun.
Potensi pasar properti di Solo pada tahun 2023 memang tampaknya masih cukup besar, meski permintaan sedikit melemah pada Q4 2022. Apalagi pelaku ekonominya tetap menggenjot suplai properti pada kuartal ini. Mereka masih berharap kenaikan indeks terjadi pada awal tahun.
Melihat prospek yang menarik dari pasar properti di Solo, khususnya segmen apartemen, berikut 5 rekomendasi apartemen di Solo berdasarkan harganya.
1. Rekomendasi Apartemen di Solo Harga di Bawah Rp300 Juta:
Di kisaran Rp300 juta, terdapat pilihan apartemen studio dengan luas sekitar 19 meter persegi. Meski terlihat sempit, lokasi yang ditawarkan sudah cukup menarik.
2. Rekomendasi Apartemen di Solo Harga Rp300 Juta Hingga Rp500 Juta:
Apartemen studio ukuran 20-31 meter persegi masih dapat dimiliki tanpa harus menyiapkan budget lebih dari Rp500 juta. Lokasi apartemen berada di sekitaran Laweyan dan Jebres yang sangat strategis, cocok untuk investasi penginapan staycation.
3. Rekomendasi Apartemen di Solo Harga Rp500 Juta Hingga Rp800 Juta:
Untuk apartemen dua kamar, banyak ditawarkan di kisaran harga ini. Lokasinya beragam, mulai dari pusat kota hingga kawasan Solo Baru yang cukup elite. Ada pula yang sudah dilengkapi dengan ruang keluarga untuk bersantai di akhir pekan.
4. Rekomendasi Apartemen di Solo Harga Rp800 Juta Hingga Rp1 Miliar:
Mendekati harga Rp1 miliar, tersedia apartemen dengan luas 48-60 meter persegi. Meski tidak banyak, apartemen di kisaran harga ini sudah terbilang cukup mewah untuk wilayah Surakarta.
5. Rekomendasi Apartemen di Solo Harga di Atas Rp1 Miliar:
Bagi yang menginginkan apartemen premium dengan tiga kamar tidur dan fasilitas tambahan seperti kolam renang, mungkin apartemen di kisaran ini bisa menjadi pilihan utama.
Jadi mau cari rumah, ruko, apartemen, atau investasi properti? Pahami potensi wilayahnya mulai dari fasilitas, infrastruktur, hingga pergerakan tren harganya lewat AreaInsider.
Hanya Rumah247.com yang percaya Anda semua bisa punya rumah