Pasar properti area Jakarta Selatan mencatatkan pertumbuhan paling mumpuni dibanding lima kota administrasi lain di DKI Jakarta. Hal tersebut tentu tak lepas dari dukungan kebijakan Pemerintah Provinsi DKI sehingga peruntukan lahan untuk perumahan menduduki proporsi terbesar.
Selain itu, nilai investasi pada sektor perumahan, kawasan industri, dan perkantoran di DKI Jakarta hingga triwulan II-2017 mencapai 0,7 triliun USD (36 persen dari total PMA) dengan 193 proyek. Dimana Jakarta Selatan merupakan kontributor terbesar kedua setelah Jakarta Timur dengan investasi sebesar 246,7 miliar USD.
Menurut rancangan Pemprov DKI Jakarta, area Jakarta Selatan sebagai kawasan perumahan dikembangkan dengan tujuan kawasan permukiman hijau atau taman dan orientasi ramah cadangan resapan air. Maka dari itu, tak heran jika kualitas hidup di kawasan ini dirasa lebih ideal untuk ditinggali.
Hal itu juga yang disinyalir mendorong tingginya permintaan rumah di Jakarta Selatan. Catatan Rumah247.com menunjukkan, indeks permintaan rumah di area Jakarta Selatan mencapai 41,63 persen, jauh meninggalkan Jakarta Timur di peringkat kedua dengan 25,16 persen.
Sementara kota administrasi di Jakarta lainnya yakni Jakarta Barat harus puas mencapai indeks permintaan rumah sebesar 19,73 persen. Disusul Jakarta Utara yang meraih 10,85 persen, Jakarta Pusat dengan 6,44 persen, dan Kepulauan Seribu yang tak meraih persentase sama sekali.
Kendati Jakarta Selatan menjadi kawasan nomor satu terkait indeks permintaan rumah, namun jika di-breakdown terlihat masih adanya kelesuan daya beli masyarakat. Buktinya, indeks permintaan rumah tapak di area Jakarta Selatan terkoreksi secara QoQ sebesar -0,3 persen pada kuartal empat tahun ini.
Koreksi juga terjadi dalam kurun waktu tahunan mencapai -7,9 persen untuk kuartal yang sama. Penurunan ini boleh jadi disebabkan oleh ketidakstabilan ekonomi nasional di tengah pandemi yang belum kunjung usai. Apalagi pada akhir tahun, masyarakat umumnya lebih fokus mempersiapkan kebutuhan esensial sehingga menunda aktivitas mencari hunian.
Potensi Area Jakarta Selatan Dari Tren Harga Rumah
Rumah247.com Indonesia Property Market Index (RIPMI) pada Q4 2021 mengungkapkan, indeks harga rumah di DKI Jakarta berada pada posisi 114,9 atau bergerak naik 1,3 persen secara Quarter on Quarter/QoQ. Di kuartal sebelumnya atau Q3 2021, indeks harga rumah meraih 113,4.
Tak hanya secara kuartalan, penguatan indeks harga rumah di DKI Jakarta juga terjadi secara tahunan. Dimana perolehan indeks sebesar 114,9 pada Q4 2021 sukses menyaingi pencapaian indeks harga di Q4 2020 sebesar 108,6. Kenaikan secara Year on Year/YoY ini menyebabkan indeks harga terkoreksi positif sebanyak 5,7 persen.
Tren kenaikan indeks harga rumah di DKI Jakarta juga berdampak pada area Jakarta Selatan. Dimana pada Q4 2021, indeks harga rumah untuk area Jakarta Selatan mencapai 116,5 sehingga menguat tipis sebanyak 0,2 persen dibandingkan Q3 2021 yang meraih indeks 116,2 (QoQ).
Dalam periode tahunan, indeks harga rumah di area Jakarta Selatan meningkat 3,9 persen pada Q4 2021. Kenaikan tersebut diakibatkan perolehan indeks pada kuartal yang sama tahun sebelumnya atau Q4 2020 hanya mampu bertahan di posisi 112,1 (YoY).
Potensi Area Jakarta Selatan Dari Tren Suplai Rumah
Mengamati tren indeks suplai rumah di DKI Jakarta, terlihat adanya peningkatan signifikan secara tahunan namun menurun secara kuartalan. Dimana pada Q4 2021, indeks suplai rumah mencapai 177,2 atau turun -3,0 persen secara QoQ dibandingkan perolehan indeks suplai di Q3 2021 yang tumbuh di angka 182,7.
Dalam kurun waktu tahunan, indeks suplai rumah di Jakarta meningkat sebanyak 14,6 persen. Kenaikan itu terjadi lantaran posisi suplai di kuartal yang sama periode sebelumnya atau Q4 2020 berada di level lebih rendah dengan indeks 154,6 (YoY).
Lalu bagaimana dengan catatan suplai rumah di area Jakarta Selatan? Data RIPMI menunjukkan adanya dinamika yang sama dengan yang terjadi di DKI Jakarta secara global, yakni terdapat peningkatan secara YoY namun melesu secara QoQ.
Pada Q4 2021, performa indeks suplai rumah di area Jakarta Selatan harus terkoreksi sebanyak -3,9 persen. Hal itu sebagai dampak dari perolehan indeks di kuartal empat yang hanya mencapai 155,6 atau lebih rendah daripada kuartal tiga yang meraih 161,8 (QoQ).
Sedangkan dalam periode tahunan, indeks suplai rumah naik sebanyak 6,1 persen pada Q4 2021, dibandingkan kuartal yang sama tahun sebelumnya (Q4 2020) yang meraih indeks 146,6. Kondisi tersebut menjadi sinyal bahwa produk residensial berupa rumah tapak di area Jakarta Selatan diyakini masih menjadi prioritas masyarakat sampai beberapa tahun ke depan.
10 Area Jakarta Selatan Paling Tinggi Demand
Berdasarkan rangkuman Rumah247.com, sedikitnya ada 10 area Jakarta Selatan dengan permintaan rumah tertinggi hingga Q4 2021. Berikut ulasannya!
1. Jagakarsa
Meraih persentase permintaan sebanyak 20,10%, indeks harga rumah di Jagakarsa pada Q4 2021 mampu tumbuh sebanyak 5,0 persen secara YoY. Cukup menarik, kan? Jika tertarik punya rumah di kawasan ini, coba lirik The Cozy Townhouse yang ditawarkan dengan harga Rp1,3 miliaran.
2. Bintaro
Sedangkan Bintaro menjadi lokasi di Jakarta Selatan yang meraih permintaan rumah tertinggi kedua dengan 10,35 persen. Harga rumah di Bintaro sendiri saat ini sudah relatif tinggi, contohnya 12 Merle yang berlokasi di Jalan Beo, Pesanggrahan. Unit tipe 175/164 di townhouse ini dipasarkan mulai Rp3,8 miliar.
3. Lebak Bulus
Lebak Bulus menempati posisi ketiga dengan 7,05 persen indeks permintaan rumah. Salah satu perumahan yang bisa dituju jika ingin tinggal di sini adalah Serenia Hills. Siapkan kocek sedikitnya Rp2,9 miliar untuk bisa menghuni unit tipe 126/104.
4. Cilandak
Cilandak juga masuk dalam daftar 10 area Jakarta Selatan dengan permintaan rumah tertinggi. Persentase permintaan untuk kawasan ini mencapai 5,97 dan bersaing dengan Pondok Indah. Wajar saja, sebab harga rumah di Cilandak hanya bisa dijangkau kelas atas. Namun jangan khawatir, rumah di Cilandak harga di bawah Rp5 miliar pun nyatanya masih tersedia.
5. Pondok Indah
Menduduki urutan kelima dengan 5,35 persen, Pondok Indah menjadi lokasi di Jakarta Selatan yang cukup tinggi permintaannya. Rentang harga rumah di Pondok Indah dipasarkan minimal Rp9 miliaran dan tertinggi Rp80 miliaran.
6. Kemang
Sama-sama merupakan kawasan elit seperti Cilandak dan Pondok Indah, Kemang yang meraih persentase permintaan sebanyak 5,04 persen juga lebih banyak disasar kelas atas. Meski begitu, tak sulit mencari rumah di Kemang dengan harga di bawah Rp10 miliar.
7. Cipete
Cipete yang berada di urutan ketujuh meraih indeks pernintaan rumah sebesar 4,65 persen. Tak beda jauh kondisinya dengan Kemang, pilihan rumah di Cipete dengan harga di bawah Rp10 miliar masih sangat mudah ditemukan.
8. Cinere
Sementara Cinere masih relatif ideal bagi property seeker kategori menengah atas. Meraih persentase pencarian 4,49 persen, konsumen yang punya budget Rp1,1 miliar bisa mempertimbangkan Mega Cinere.
9. Tebet
Tebet yang berada di dekat jantung Ibukota hingga kini masih mendapat permintaan rumah dari masyarakat sebesar 4,47 persen. Harga rumah di Tebet sangat bervariatif menurut lokasinya, namun umumnya dibanderol antara Rp2 miliar – Rp3,2 miliar untuk luas bangunan rumah maksimal 160m2.
10. Pejaten
Di urutan terakhir ada Pejaten yang meraih persentase permintaan rumah sebanyak 4,34 persen. Pejaten sendiri punya akses yang mumpuni, mulai dari kedekatan dengan Stasiun Pasar Minggu maupun Halte TransJakarta. Soal harga, rumah di Pejaten rata-rata dipasarkan di atas Rp3 miliar, namun masih ada juga rumah di Pejaten seharga Rp2,1 miliar.
Jadi mau cari rumah, ruko, apartemen, atau investasi properti? Pahami potensi wilayahnya mulai dari fasilitas, infrastruktur, hingga pergerakan tren harganya lewat AreaInsider.
Hanya Rumah247.com yang percaya Anda semua bisa punya rumah